MAKALAH
PENGETAHUAN BAHAN AGROINDUSTRI
Oleh :
LARINDA
ZUARI (2041510011)
NUR ALFIYAH ANNURISMA (2041610016)
KHONSA' ZAKIYA (2041610026)
UNIVERSITAS
INTERNASIONAL SEMEN INDONESIA
2016
PROCESSING
BY APPLICATION OF HEAT
1. ekstruksi
1.1
Definisi ekstruksi
Ekstrusi adalah proses pembentukan dengan
penekanan logam kerja sehingga mengalir melalui cetakan yang terbuka untuk
menghasilkan bentuk pada bagian melintang sesuai dengan yang diinginkan. Proses
ekstrusi merupakan proses pembentukan logam yang bertujuan untuk mereduksi atau
mengecilkan penampang dengan cara menekan bahan logam melalui rongga cetakan.
Pembentukan logam ini menggunakan gaya tekan yang relative besar. Proses ini
digunakan untuk membuat batang silinder, tabung berongga, pipa atau profil –
profil tertentu.
Kebanyakan proses ekstruksi pembentukan
logam melalui proses pemanasan terlebih dahulu. Panas menyebabkan logam menjadi
lebih lunak. Suhu yang dibutuhkan agar logam meleleh dan lunak, berkisar antara
204⁰ hingga lebih dari 2204⁰C. ekstruksi ada 2 macam diantaranya ekstruksi
panas dan ekstruksi dingin. Keduanya, dapat digunakan pada logam – logam
seperti timah, tembaga, dan zink. Untuk menghasilkan bahan pelapis kabel, pipa,
dan kawat solder.
1.2 Prinsip kerja/teori penanganan
Pemasakan dengan menggunakan ekstrusi
merupakan proses yang menggunakan prinsip suhu tinggi dalam waktu singkat
(HTST/ High Temperature Short Time). Meskipun saat ini proses ekstrusi juga
dapat dilakukan dalam keadaan suhu rendah, namun memerlukan persyaratan lain
seperti kondisi pengisian. Terdapat dua macam ekstruder yang berkembang saat
ini yaitu ekstruder ulir tunggal dan ulir ganda (Harper, 1981a).
Hal yang mendukung proses ekstrusi adalah
gelatinisasi pati, denaturasi protein serta inaktivasi enzim yang terdapat
dalam bahan mentah. Perbandingan antara amilosa dan amilopektin dan pati juga
berpengaruh terhadap pemekaran produk, untuk menghasilkan produk dengan tekstur
baik dianjurkan untuk menggunakan pati dengan kandungan amilosa 5-25% dan
kandungan amilopektin >50%. Dalam jurnal “Influence of of extrusion
variables on some functional properties of extruded millet-soybean for the
manufacture of ‘fura’: A Nigerian traditional food”, Pada
proses ekstrusi kali ini diaplikasikan pada pembuatan 'fura'
dari millet mutiara ( sorghum) dan campuran tepung kedelai dengan menggunakan jenis
ekstruder ulir tunggal (Single Screw Ekstruder / SSE).
Pada
umumnya zona operasi pada SSE (tergantung spesifikasi mesin) terbagi menjadi
tiga bagian yaitu :
a.
Solid transport zone
yang terletak di bawah hopper/feeder.
Pada zona
ini bahan digerakkan dalam bentuk bubuk atau granula. Berhubung output produk
yang dihasilkan harus sama dengan input bahan yang dimasukkan maka perencanaan
yang buruk pada zona ini akan membatasi output yang dihasilkan.
b.
Melting zone.
Pada zona
ini bahan padat akan dipanaskan
c.
Pump zone.
Pada bagian
pertama zona ini, tinggi saluran berkurang disebabkan oleh peningkatan diameter
dari ulir. Pada zona ini bahan mengalami tekanan untuk mengurangi jumlah
ruang-ruang kosong pada bahan. Pada bagian kedua zona ini yang disebut juga
sebagai metering zone, bahan digerakkan dan dihomogenisasi lebih lanjut. Pada
beberapa ekstruder peningkatan tekanan terjadi di zona ini.
Prinsip ekstrusi dalam pengolahan makanan yaitu dengan menggabungkan
proses pendorongan bahan, pencampuran dan pembentukan bukanlah hal yang baru.
Prinsip ekstrusi telah diterapkan dalam industri makanan sejak tahun 1930an
untuk pembuatan pasta. Pada tahun-tahun berikutnya diterapkan pada industri
kembang gula, industri roti dan kue, terutama pada proses frosting kue.
Pada tahun 1950, kemudian digunakan juga untuk produksi sereal, campuran minyak
biji-bijian untuk industri pakan. Proses-proses pengolahan tersebut merupakan
teknologi ekstrusi pada generasi pertama. Pada tahun 1960an teknologi ini
digunakan untuk mengubah ikatan silang dan mengikat biopolimer untuk membuat
protein nabati bertekstur. Terobosan ini menyediakan pengetahuan dasar bagi
ekstrusi HTST (High Temperature Short Time) modern yang memungkinkan
diciptakannya produk-produk baru pada industri makanan. Prinsip penerapannya
pada industri makanan umumnya berdasarkan pada gelatinisasi pati, pembentukan
kompleks lemak-pati, denaturasi dan teksturisasi protein, pengikatan, reaksi
kimia dan biokimia, pengaruh tekanan/penggilingan dan pengembangan (Linko, et.
al. dalam Jowitt, 1982).
Ekstrusi telah berkembang penerapannya untuk beragam produk yang perlu
dimasak/dimatangkan. Salah satu kunci dalam beranekaragamnya hasil produk
ekstrusi terletak pada bagian die-nya, dimana dari sinilah bahan akan
didorong keluar. Fungsi die dalam pembuatan produksi pasta telah
meningkatkan keragaman penggunaannya dalam menghasilkan produk dengan berbagai
macam bentuk, kandungan air dan konsistensi (Holmes, 2007).
1.3 Peralatan yang umum digunakan
Mesin ekstrusi atau biasa disebut ekstruder merupakan
alat yang cukup sederhana namun memiliki keunikan tersendiri. Prinsip dasar
kerja alat ini ialah memasukkan bahan-bahan mentah yang akan diolah kemudian
didorong keluar melalui suatu lubang cetakan (die) dalam bentuk yang
diinginkan. Bila kita dahulu mengenal alat ekstrusi sistem ulir yang disebut
ekstruder berulir tunggal (Single Screw Extruder/SSE) maka akhir-akhir ini
telah dikembangkan ekstruder dengan ulir ganda (Twin Screw Extruder/TSE) yang
memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan pendahulunya.
Ø Alat :
·
Ekstruder
Ekstruder dapat digunakan untuk menunjukkan
beberapa fungsi yang berbeda meliputi pencampuran, pembentukan, puffing,
dan pengeringan, bergantung pada model ekstruder dan kondisi proses
Ø Keuntungan :
·
keluaran produk yang tinggi,
·
efisiensi energi, kontrol suhu,
·
mampu menyesuaikan varietas
bahan untuk menghasilkan produk akhir yang sesuai dengan keinginan Pengembangan
produk sereal dengan kualitas yang tinggi bergantung pada formulasi dan proses
ekstrusi.
Ø Bahan yang digunakan : tepung
2. baking and roasting
2.1 Baking
2.1.1
Pengertian baking
Baking
atau yang sering disebut pemanggangan
merupakan teknik dalam pengolahan pangan menggunakan oven kompor atau oven listrik untuk
mematangkan masakan tertentu tanpa menggunakan minyak atau air sebagai medium
pindah panas. Sumber panas yang digunakan oleh oven kompor adalah panas api dari kompor,
sedangkan oven
listrik menggunakan listrik sebagai sumber panasnya. Proses baking dapat diatur atau
dikontrol sehingga sesuai dengan kondisi proses yang diharapkan. Tentunya waktu
pengovenannya bergantung pada jenis produk pangan yang dipanggang. Produk
pangan yang diolah menggunakan teknik baking
antara lain: roti, cookies,
dan pastry.
Umumnya proses pemanggangan dilakukan dengan suhu diatas 100°C atau tergantung
pada jenis oven, bahan
pangan, dan tingkat kematangan yang diharapkan.
2.1.2
Metode baking
·
Memanggang kering : Ketika memanggang dengan oven, bahan makanan akan
mengeluarkan uap air, uap air ini akan membantu proses pemasakan bahan makanan.
·
Memanggang dalam oven menambah kelembaban : Ketika memanggang bahan
makanan, masukkan wadah berisi air yang akan mengeluarkan uap air yang masuk ke
dalam oven, menyebabkan kandungan air dalam bahan makanan bertambah dan akan
menambak kualitas makanan.
·
Memanggang dalam oven dengan menggunakan 2 wadah ( aubain marie , dimana
wadah pertama yang berisi bahan makanan, dan wadak kedua diberi air, wadah
pertama dimasukkan ke dalam wadah kedua, sehingga panas yang sampai ke bahan
makanan lebih lambat dengan demikian tidak akan mengakibatkan panas yang
berlebih dan dapat mengurangi kemungkinan makanan terlalu matang.
2.1.3
Prinsip kerja
Dalam teknik baking ini ada yang menggunakan loyang yang berisi air
didalam oven, yaitu bahan makanan diletakkan dalam loyang. Contoh : puding
karamel, hot puding franfrurt. Untuk melakukan teknik
ini perlu memperhatikan beberapa syarat yaitu sebagai berikut :
1. Sebelum bahan
dimasukkan, oven dipanaskan sesuai suhu yang dibutuhkan.
2. Makanan didalam oven
harus diletakkan dengan posisi yang tepat.
3. Selama proses
baking, suhu harus terus diperiksa.
4. Kualitas makanan
akan bergantung pada penanganan selama proses baking.
5. Sebelum diangkat
dari oven, periksa kembali makanan.
Penerapan teknik dasar baking dajpat dilakukan pada berbagai bahan makanan,
diaantaranya kentang, roti, sponge, cake, biskuit, ikan, sayuran.
2.1.4
Peralatan dasar yang digunakan
1.
Mixer, cukup hand mixer
2.
Baskom, untuk mengocok adonan
(kan pakai hand mixer).
3.
Spatula, untuk mengaduk adonan.
4.
Oven, yang paling ekonomis untuk pemula adalah
oven tangkring (otang) yang nangkring di atas kompor.
5.
Panci Kukusan, digunakan untuk mengukus kue.
6.
Timbangan, untuk menakar
bahan-bahan kue.
7.
Sendok dan mangkok ukur,
menurutku peralatan ini penting karena memberikan ketepatan ukuran
8.
Loyang
2.2 Roasting
2.2.1
Pengertian roasting
Roasting merupakan teknik pematangan
makanan menggunakan lemak atau minyak baik yang terkandung secara alami dalam
bahan pangan maupun tidak. Suhu minimal untuk roasting adalah 150°C. Roasting
menggunakan oven saat ini telah umum digunakan. Secara umum, roasting digunakan
untuk memanggang bahan pangan berukuran besar atau bulky, misalnya untuk
roasting biji kopi untuk meningkatkan flavornya dan roasting pada marsmallow.
Sumber panasnya berasal dari kayu bakar,
arang, gas, listrik, atau micriwave oven. Waktu meroasting sumber panas berasal dari
seluruh arah oven. Selama proses meroasting berjalan, harus disiram lemak
berulaang kali untuk memelihara kelembutan daging dan unggas tersebut.
2.2.2
Prinsip kerja
Untuk melakukan teknik ini, perlu memperhatikan beberapa syarat, yaitu
sebagai berikut :
1. Pada saat pengolahan
harus dibolak-balik agar matangnya merata.
2. Daging jenis lain
jangan sering dibolak-balik untuk mencegah pengerutan.
3. Jika pada saat
meroasting makanan menjadi kering, perlu dibasahi permukaannya dengan lemak
atau cairan lemak yang keluar dari makanan tersebut.
4. Daging ditusuk
dengan alat pengukur tingkat kematangan daging untuk mengetahui tingkat
kematangan daging.
5. Daging utuh tidak
berlemak, perlu dilarding.
2.2.3
Peralatan yang digunakan
Gambar roasting :
·
Fungsi:
1. Untuk membantu
pembentukan calon aroma dan citarasa khas kopi bubuk
2. Memudahkan proses
penghalusan.
·
Fleksibilitas dan Keunggulan :
1. Multikomoditi
(kakao, makadamia, kacang)
2. Kontrol mutu mudah
dilakukan
3. Perawatan mudah dan
murah, serta mudah dioperasikan
4. Hasil sangrai
seragam, konsisten dan bersih.
·
Spesifikasi Teknis:
1. Kapasitas: 10 – 50
kg/batch
2. Sumber panas: Kompor
bertekanan (burner) minyak tanah
3. Penggerak: Motor
listrik 1/2 – 1 HP, 220 V, 1.440 rpm, single phase
4. Transmisi: Pulley
dan sabuk karet V, serta rantai dan roda gigi
5. Dimensi: 1.200 x
1.000 x 1.500 mm
6. Bahan konstruksi:
Besi baja, plat aluminium, plat besi.
3.
frying
3.1 Pengertian frying
Frying adalah menghantarkan panas ke dalam makanan atau proses pemanasan
bahan makanan. Dengan demikian proses memasak hanya terjadi selama panas atau terapan
pada suatu bahan makanan sedang berlangsung.
·
Tujuan memasak :
1. Meningkatkan rasa
masakan yang dimasak
2. Meningkatkan
penampilan masakan yang dimasak
3. Memperbaiki tekstur
4. Membuat makanan matang
agar lebih mudah dicerna
5. Membuat makanan
matang agar aman untuk di konsumsi
6. Mematikan bakteri
3.2 Teknik memasak
·
Teknik
memasak basah
1. Metode memasak
ini dikelompokkan dalam beberapa teknik yang menggunakan bahan dasar cairan
untuk mematangkannya. Cairan yang digunakan juga bervariasi seperti susu, air,
kaldu atau anggur. Dalam teknik ini suhu air tidak pernah lebih dari suhu
didih. Yang
termasuk teknik ini adalah merebus, poacing, braising, stewing, simmering,
steaming dll.
·
Teknik memasak kering
1. Dalam teknik ini
sama sekali tidak menggunakan air dalam proses pematangannya. Karena tidak
adanya air maka panasnya bias lebih tinggi disbanding teknik basah. Yang
termasuk jenis ini adalah Deef frying, shallow frying, baking, grilling, sauté,
roasting.
2. Perbedaan alat
yang dipakai untuk memasak antara keduanya sangat berbeda, begitu pula dengan
temperaturnya. Untuk membedakan antara keduannya bisa dilihat antara chip
potato dalam minyak bersuhu 180 derajat celcius dengan kentang rebus yang
direbus dalam suhu 100 derajat celcius.
3.3 Prinsip kerja
3.3.1
Memasak basah
a. Merebus
(boiling)
Merebus adalah memasak bahan makanan dalam cairan hingga titik didih
(100 derajat C). Cairan yang digunakan berupa air, kaldu, susu, dll. Caranya
bahan makanan dapat dimasukkan dalam cairan yang masih dalam keadaan dingin
atau dalam air yang telah panas. Seperti telur, dalam merebus telur, dimasukkan
dalam air yang dingin baru direbus.
b. Poaching
Cara memasak bahan makanan dalam bahan cair dengan api kecil yang
jumlahnya tidak terlalu banyak atau hanya sebatas menutupi bahan makanan yang
direbus. Bahan makanan yang di poach ini adalah bahan makanan yang lunak atau
lembut dan tidak memerlukan waktu lama dalam memasaknya seperti telur, ikan dan
buah – buahan. Dalam merebus sistem poaching ini air direbus dibawah titik
didih ( 92-96 derajat C) dan direbus secara perlahan dengan api yang kecil.
Panci yang digunakan untuk poaching adalah panci yang kecil karena bila
menggunakan panci yang besar akan membutuhkan air yang banyak sehingga akan
memakan waktu yang lama. Yang harus diperhatikan adalah jangan sampai cairan
yang digunakan mendidih. Cairan yang digunakan tergantung dari jenis masakan
yang akan dibuat. Cairan bisa berupa kaldu, air yang diberi asam cuka, susu dan
lain – lain.
c. Simmering
Teknik simmering ini adalah teknik memask bahan makanan dengan sauce
atau bahan cair lainnya yang dididihkan dahulu baru api dikecilkan dibawah
titik didih dan direbus lama, dimana dipermukaannya muncul gelembung –
gelembung kecil. Sistem ini biasanya digunakan untuk membuat kaldu yang mengeluarkan
ekstra dari daging yang direbus.
d. Menyetup
(stewing)
Menyetup adalah memasak secara perlahan dengan bahan makanan yang telah
dipotong – potong menjadi potongan yang lebih kecil seperti daging, ayam dengan
menggunakan air yang tidak terlalu banyak atau hampir sama dengan jumlah bahan,
waktu yang diperlukan juga lama. Maksud dari menyetup ini adalah dengan
potongan daging yang kecil dimasak dengan api kecil dalam waktu yang lama agar
aroma dari daging keluar dengan sempurna.
Tidak seperti teknik Braising, daging atau ayam yang digunakan biasanya
tidak direndam dahulu dalam bumbu sebelum dimasak tetapi dipotong kecil dan
dibakar terlebih dahulu baru disetup. Contoh makanan yang menggunakan metode ini
antara lain : Frincasse, opor ayam, gulai kambing dll.
e. Braising
Hampir sama dengan menyetup namun bahan makanan yang digunakan lebih
besar dari teknik menyetup, beberapa daging yang digunakan biasanya direndam
terlebih dahulu. Biasanya jenis bahan makanan yang diolah dengan teknik ini adalah
daging dan sayuran. Efek dari braising ini sama dengan menyetup yaitu untuk
menghasilkan daging yang lebih lunak dan aroma yang keluar menyatu dengan
cairannyapun menjadi enak.
Daging yang telah dipotong terlebih dahulu direndam.. cairan perendam
yang digunakan biasanya tergantung dari makanan yang akan dibuat contohnya red
wine untuk daging sapi dan unggas. White wine untuk daging sapi muda. Daging
dimarinade selama 12-24 jam, daging merah direndam lebih lama dibanding daging
putih. Daging yang akan dimasak masih berbentuk gumpalan besar untuk disajikan
satu porsi. Setelah daging direndam,lalau dikeringkan dan dipanggang dalam oven
selama 30 menit untuk memberikan efek warna yang terbakar. Lalu braising dengan
bumbu,sisa bahan perendam dan kaldu coklat atau demi-glace hingga setinggi
setengah bagian daging dan masak dengan api kecil hingga air agak mengering.
Untuk membraising sayuran,sayuran dibraising bersama dengan bumbu.
Sayuran terlebih dahulu dibersihkan,dan diblanch,dan dikeringkan. Sayuran dibentuk
atau dapat pula diisi dan disusun dalam panci perebus dan siram dengan kaldu
hingga setengah bagian.
f.
Mengukus (steaming)
Mengukus adalah memasak bahan makanan dengan uap air mendidih. Meskipun
bahan makanan tidak berhubungan atau kontak langsung dengan air mendidih namun
masih tetap termasuk dalam teknik memasak basah. Dalam metodo ini perubahan
warna, tekstur dan aroma yang terjadi lebih banyak dibanding dengan teknik
merebus dan menyetup. Efek dari sistem ini sama dengan sistem basah lainnya
yaitu menjadiakn makanan lebih lunak dan lembut. Karena bahan makanan
tidak bersentuhan langsung dengan air maka kehilangan nilai gizinyapun lebih
sedikit. Banyak jenis makanan yang diolah dengan cara ini seperti pudding,
bolu, sayuran, ikan atau ayam.
g. Mengetim
Adalah memasak bahan makanan dengan menggunakan 2 buah panci yang
berbeda ukuran dimana salah satu panci lebih kecil. Cara ini memang memerlukan
waktu yang lama, seperti nasi tim.
3.3.2
Memasak kering
a. Baking (
Memanggang )
Adalah cara memasak bahan makanan dengan menggunakan oven tanpa
menggunakan minyak atau air.
b. Grilling
Grilling adalah proses memasak bahan makanan dengan menggunakan panas
api yang tinggi dan langsung. Sumber panas/api biasanya berada di bawah bahan
makanan yang sedang dimasak/panggang, bila sumber panas/api berasal di atas
bahan makanan yang sedang dimasak proses tersebut disebut “gratinating”.
Istilah grilling banyak dikenal di Eropa, sedangkan di Amerika istilah ini
lebih dikenal dengan istilah “broilling”.
Alat yang digunakan memasak disebut grill dan dilengkapi dengan jeruji
kawat. Jeruji ini berfungsi sebagai penahan bahan makanan yang sedang
dimasak/dipanggang, selain itu fungsi lainnya juga untuk membuat bagian yang
matang dan gosong berbentuk jeruji pula. Kegosongan inilah yang menjadi ciri
khas dan yang menunjukkan bahwa makanan tersebut adalah di grilled. Bila jeruji
kawat diganti dengan lempengan besi yang rata maka alat tersebut disebut
grindle.
c. Roasting
Adalah teknik memasak dalam oven atau pemanggang dengan menggunakan
lemak atau minyak.
d. Menumis (saute)
Adalah memasak bahan makanan dengan potongan – potongan kecil dari
daging sapi, unggas, atau sayuran dalam minyak atau mentega bening dalam wajan
datar. Yang
jadi pertanyaan adalah apakah yang menjadi perbedaan antara saute dengan shallow
frying. Perbedaan yang jelas adalah dalam sauté bahan makanan dibalik berkali –
kali, sedangkan dalam shallow frying bahan makanan biasanya hanya satu kali
dibalik.
Selain itu sauté digunakan untuk memasak bahan makanan yang mudah lunak
dan masih muda untuk sayuran. Biasanya dalam memasak bahan makanan dengan
metode ini ditambahkan saus seperti cream, demi glace, atau veloute. Dan
makanan yang ditambahkan saus dan saus yang ditambahkan, dimasukkan pada saat
terakhir proses pemasakan.
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam melakukan teknik sauté :
· Hanya menggunakan bahan – bahan makanan yang
baik kualitasnya.
· Selalu memanaskan bahan makanan terlebih dahulu
dengan menggunakan minyak yang panas pada awal memasak.
· Lanjutkan memasak dengan menggunakan temperatur
yang tinggi.
· Alat masak tembaga dapat digunakan untuk semua
bahan makanan kecuali kentang.
· Kentang untuk saute jangan terlalu matang,
karena kentang akan lunak dengan sendirinya saat dimasak menjadi coklat.
· Jangan menumis daging dan sayuran bersamaan,
karena sayuran akan mengeluarkanair saat dimasak dan akan menghalangi daging
yang akan diberi efek goreng.
e. Deep frying
Deep frying adalah memasak bahan makanan dengan menggunakan minyak yang
banyak hingga bahan makanan benar – benar terendam oleh minyak atau lemak.
Teknik ini dapat digunakan oleh berbagai bahan makanan termasuk daging dan
unggas, ikan, sayur – sayuran dan buah. Bahan makanan yang dalam keadaan beku
dapat langsung dimasak dengan metode ini.
Makanan yang dimasak dengan teknik ini memiliki karakteristik yang
berbeda dengan memasak dengan teknik basah. Pada metode kering ini karena
dipanaskan dalam suhu tinggi maka akan terjadi perubahan tekstur, warna serta
rasanya. Pada proses pengolahan pada metode deep frying ini beberapa kandungan
gizi akan rusak, tetapi kandungan energinya akan tinggi karena mengandung
lemak. Proses deep frying juga biasanya lebih sedikit kehilangan kandungan
vitamin yang larut dalam air, karena dalam proses ini tidak terdapat air yang
melarutkan. Sebagai contoh, keripik kentang lebih banyak mengandung vitamin C
dibandingkan kentang rebus.
Pada umumnya deep frying memiliki 2 cara. Cara pertama, bahan
makanan dimasak langsung. Dan cara kedua yaitu bahan makanan dimasak 2 cara,
langkah pertama biasa disebut dengan ( blanching ) yaitu makanan di masak
dengan suhu rendah untuk menyakinkan bahwa bagian tengah makanan telah matang
sehingga pada saat dimatangkan warna dan kematangannya seimbang. Contohnya :
dalam pembuatan chip potato, dimana kentang digoreng dalam minyak dengan api
kecil hingga setengah matang, lalu dikeluarkan dan dikeringkan dengan tise atau
lap dan kemudian digoreng kembali hingga kering. Biasanya proses blanching ini
digunakan untuk memasak chiken drumstick, maupun ikan goreng.
Bahan makanan yang banyak mengandung tepung atau pati seperti kentang
dan choux pastry dapat digoreng tanpa diberi lapisan, tetapi banyak bahan
makanan yang lain harus dilapisi dengan bahan makanan yang mengandung protein,
seperti telur dan tepung roti atau susu dan tepung berbumbu sebelum dimasak
dengan minyak banyak, agar dapat mempertahankan bentuknya setelah mengalami
proses pemasakan.
Kegunaan makanan yang digoreng dengan menggunakan lapisan adalah :
· Mencegah makanan menjadi hangus
· dapat mengurangi penyerapan minyak
· mempercantik penampilan
· Mempertahankan rasa dan tekstur
· Dapat mengurangi kemungkinan makanan menjadi
rusak pada saat penyajian.
f.
Shallow frying
Berbeda dengan deep frying, shallow frying adalah teknik memasak bahan
makanan dalam jumlah kecil dengan menggunakan sedikit lemak dalam wajan datar
dengan temperatur antara 150-170 derajat Celcius. Bahan makanan yang dimasak
dengan shallow frying harus dalam ukuran kecil, lunak dan memiliki kualitas
yang baik.
Shallow frying sama dengan teknik memasak kering lainnya. Panas
didapatkan dari pemanasan minyak atau lemak. Dengan teknik ini bahan makanan
tidak akan menjadi terlalu matang, asam amino yang terdapat pada bahan makanan
akan tetap, meskipun protein akan menyusut. Dan juga akan kehilangan beberapa
jenis vitamin B.
Banyak jenis bahan makanan yang dapat diolah dengan teknik shallow
frying ini baik makanan segar ataupun beku. Cara mengolahnya yaitu harus
dipastikan bahwa minyak dalam keadaan panas, bila makanan dimasukan dalam
minyak yang hangat maka makanan akan banyak menyerap minyak. Dan makanan
yang telah matang dan ditiriskan, dikeringkan dalam lap kering atau kertas
penyerap minyak. Salah satu teknik memasak yang masuk dalam shallow frying
adalah stir fry atau menumis yang biasa digunakan dalam dapur cina. Bahan
makanan yang dimasak diiris tipis atau dipotong kecil – kecil agar proses
pemasakannya lebih cepat dan bahan makanan tidak berubah warna akibat terlalu
lama dalam proses pemasakannya.
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan metode shallow
frying :
· Selalu memanaskan pan atau grill sebelum
digunakan
· Pilih lemak atau minyak yang akan digunakan
sesuai dengan jenis hidangan.
· Hindari penggunaan lemak yang nilai asapnya rendah,
seperti butter yang tidak bening.
· Minimumkan penggunaan minyak atau lemak, hanya
cukup agar bahan makanan tidak menempel pada pan.
· Semua bahan sebaiknya dalam keadaan kering
· tepungi bahan makanan mendadak, apabila telah
lembab maka tepung akan menempel di wajan.
· Beri bumbu sebelum bahan makanan dimasak
· Balik bahan makanan satu kali saja.
4.
dehydration
4.1 Pengertian dehydration
Penghilangan /pengurangan air dari suatu
senyawa atau dari suatu bahan. Proses utama pd dehidrasi adalah penguapan.
Penguapan terjadi apabila air yang dikandung oleh suatu bahan teruap, yaitu
apabila panas diberikan kepada bahan tersebut. Panas ini dapat diberikan
melalui berbagai sumber, seperti kayu api, minyak dan gas, arang baru ataupun
tenaga surya.
Dehidrasi juga dapat berlangsung dengan cara lain yaitu dengan
memecahkan ikatan molekul-molekul air yang terdapat di dalam bahan. Apabila
ikatan molekul-molekul air yang terdiri dari unsur dasar oksigen dan hidrogen
dipecahkan, maka molekul tersebut akan keluar dari bahan. Akibatnya bahan
tersebut akan kehilangan air yang dikandungnya. Untuk memecahkan ikatan oksigen
dan hidrogen ini, biasanya digunakan gelombang mikro. Gelombang mikro merambat
dengan frekuensi yang tinggi.
Apabila gelombang mikro disesuaikan setara dengan getaran
molekul-molekul air maka akan terjadi resonansi yaitu ikatan molekul-molekul
oksigen dan hidrogen digetarkan dengan kuat pada frekuensi gelombang mikro yang
diberikan sehingga ikatannya pecah.
4.2 Jenis
·
dehidrasi
dari alcohol
·
asam karboksilat, nitrogen
·
dehidrasi pada pemurnian gas alam
·
dehidrasi dari bahan pangan
4.3 Aplikasi
·
Pada industri pemurnian gas alam
·
Pada industri makanan/bahan pangan
·
Pada industri farmasi : eter
·
Pada industri pupuk : urea
4.4 METODE DEHIDRASI
4.4.1
Pada pemurnian gas alam
·
DENGAN TEKANAN
Air dikeluarkan dengan gas kompressor,
sehingga mengalir melalui sistem pendinginan (kondensasi)
·
DENGAN BAHAN KERING
aluminium, bauksit, silika gel
4.4.2
Pada industri makanan
·
Untuk memperoleh kondisi sehingga enzim inaktif dan mikroba tidak tumbuh
·
Alat : pengering atau sinar matahari
·
kadar air bahan 1 – 20%
·
Perlu diperhatikan : warna, penampakan makanan
4.5 PROSES KIMIA YANG TERJADI
·
Dehidrasi alkohol
·
Menggunakan H2SO4
·
terbentuk eter
·
Dehidrasi asam karboksilat
·
Proses secara pirolisis
·
Hasilnya keton
5. dielectric, ohmic,
infrared heating
5.1 Dielectric
5.1.1
Pengertian
Dielectric adalah energy elektromagnetik
5.1.2
Aplikasi
Radio Frequency Pengeringan adalah proses yang tepat yang sederhana dan
umum digunakan dalam industri makanan dengan proses terbukti tersedia untuk
berbagai aplikasi seperti :
• Pemanasan awal
adonan dan campuran kue .
• pemanasan cepat
dari tabung makan produk untuk kedua pra - masak dan persyaratan pasteurisasi /
sterilisasi . Mengurangi memeriksa ( permukaan retak ) di biskuit dengan
menciptakan produk pengeringan seragam . Hal ini dilakukan setelah konvensional
oven pengeringan / memasak.
5.2 Ohmic
5.2.1
Pengertian ohmic
pemanasan ohmik (
kadang-kadang juga disebut sebagai pemanasan Joule , pemanas hambatan listrik ,
langsung pemanas hambatan listrik , electroheating , dan pemanasan
electroconductive ) didefinisikan sebagai suatu proses dimana ( terutama bolak
) arus listrik dilewatkan melalui makanan atau bahan lainnya dengan tujuan
utama pemanasan mereka . pemanasan terjadi dalam bentuk pembangkit energi
internal dalam materi
5.2.2
Aplikasi
·
Mempercepat
laju pengeringan beku dari SPs( 25% )
·
Meningkatkan beras ekstraksi minyak dedak ( f
rendah mengakibatkan hasil yang lebih tinggi )
5.2.3
Teori penanganan
·
Tergantung
pada konduktivitas listrik makanan
·
Kebanyakan
makanan mengandung persen moderat air gratis dan terlarut garam ionik
Ø Keuntungan
·
Cepat
·
pemanasan
lebih seragam
Ø Kerugian
·
Nonuniformity
·
dalam
produk akan mendistorsi lapangan
5.3 Infrared heating
5.3.1
Pengertian
infra Merah / Infra Red merupakan radiasi
elektromagnetik yang panjang gelombangnya lebih panjang dari cahaya yang nampak
yaitu di antara 700 nm dan 1 mm, tetapi lebih pendek dari radiasi gelombang
radio. Namanya berarti "bawah merah" (dari bahasa Latin infra,
"bawah"), merah merupakan warna dari cahaya tampak dengan gelombang
terpanjang. Radiasi inframerah memiliki jangkauan tiga "order" dan
memiliki panjang gelombang antara 700 nm dan 1 mm.
5.3.2
Karakteristik
o
Bentukya tidak terlihat dengan
kasat mata atau mata telanjang
o
Timbulnya diakibatkan oleh
komponen-komponen pendukung seperti panas
o
Tidak dapat menembus materi
yang tidak tembus pandang
o
Merupakan salah satu teknologi
yang tembus pandang
o
Panjang gelombang pada infra
merah memiliki hubungan yang berlawanan atau berbanding terbalik dengan suhu.
Ketika suhu mengalami kenaikan, maka panjang gelombang mengalami penurunan.
6. blanching
6.1 DEFINISI BLANCHING
Merupakan
proses termal yang menggunakan suhu 75-95°C selama 1-10 menit. Dilakukan pada
buah-buahan dan sayuran. Tanpa blansing, buah dan sayuran berubah warna menjadi
kecokelatan
Blanching
adalah alat yang digunakan untuk melakukan pemanasan atau blanching pada
makanan sebelum proses pembekuan, pengeringan atau pengalengan. Proses
blanching ini dilakukan pada suhu kurang dari 100o C selama beberapa
menit dengan menggunakan air panas atau uap. Tujuan blanching tergantung dari
proses yang akan dilakukan selanjutnya, diantaranya: (1) menginaktivasi enzim,
(2) membersihkan bahan mentah dan mengurangi jumlah mikroba awal, (3)
menghilangkan gas selular, mengurangi korosi pada kaleng, dan mencapai tingkat
kevakuman headspace yang sesuai selama pengalengan, (4) melunakkan bahan
sehingga memudahkan pengisian ke dalam wadah, (5) menghilangkan lendir, dan (6)
memperbaiki tekstur terutama pada pangan yang didehidrasi. Namun, Blanching
juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya dapat merusak vitamin yang tidak
tahan terhadap panas dan nutrisi yang larut air. Selain itu, blanching yang
berlebihan juga dapat menyebabkan kerusakan tekstur
6.2 TUJUAN
Ø Mendapatkan kualitas yang baik untuk
sayuran dan buah-buahan yang akan dikeringkan, dikalengkan atau dibekukan
Ø Menurunkan aktivitas enzim yang
dapat menyebabkan perubahan rasa, flavor, warna, tekstur, dan nilai gizi
Ø Menghilangkan gas yang ada pada
antar sel
Ø Penghilangan gas:
o
Mengurangi perubahan warna karena oksidasi
o
Mencapai tingkat kevakuman headspace yang sesuai selama pengalengan
Ø Memperbaiki tekstur
Ø Membersihkan bahan mentah dan
mengurangi jumlah mikroba awal
Ø Melunakkan bahan sehingga memudahkan
pengisian ke dalam wadah
6.3 METODE
1) Perebusan (Water Blanching)
2) Pengukusan (Steam Blanching)
3) Blansing dengan gas panas (Hot Gas
4) Blanching)
6.4 KERUGIAN
·
Kehilangan zat gizi yang sensitif terhadap panas
·
Kehilangan zat gizi yang larut air
·
Kekurangan tekstur
6.5 Perebusan (Water Blanching)
·
Paling banyak digunakan
·
Ada 4 tipe dasar water
·
blancher
o
Tubular blancher
o
Rotary screw blancher
o
Rotary blancher
o
Thermascrew blancher
·
Keuntungan water blanching
Dapat ditambahkan bahan-bahan lain yang dibutuhkan, seperti:
o
Garam
o
Asam sitrat
o
Bikarbonat
o
CaCl2
6.6 Pengukusan (Steam Blanching)
·
Tujuan mengurangi zat gizi
·
Jenis steam blanching yng pertama kali dikembangkan adalah IQB (Individual
Quick Blanching)
·
Lapisan tunggal sayuran (misal
wortel) dilewatkan pada steam
6.7 Blansing dengan gas panas
(Hot Gas Blanching)
·
Penggunaan gas panas untuk proses blansing telah diteliti karena dapat
mengurangi kehilangan bahan akibat pelarutan (leaching) dan mengurangi limbah
cair.
·
Kelemahan metode ini adalah pada proses blansing dapat terjadi pengeringan
pada bagian permukaan bahan dan adanya
oksigen dapat menyebabkan proses oksidasi.
·
Biaya operasionalnya lebih tinggi dari metode lain.
7.
PASTEURISASI
7.1 Definisi
Merupakan
perlakuan panas suhu sedang yang bertujuan membunuh mikrob patogen dan sebagian
pembusuk, serta inaktivasi enzim Karena proses pasteurisasi tidak mematikan
semua mikrob dan tidak mematikan bakteri pembentuk spora maka produk harus
diberi perlakuan lain yang dapat meminimalkan pertumbuhan mikroba.
·
Penambahan pengawet
·
Pendinginan
·
MAP (modified atmosphere packaging)
·
Penurunan pH
·
Pengaturan Aw
7.2 SUHU PASTEURISASI
·
Bervariasi 60-105°C
·
Tergantung jenis produk
7.3 DAYA SIMPAN PRODUK
·
Bervariasi tergantung jenis
·
Beberapa hari: susu
·
Beberapa bulan: jus jeruk
7.4 PEMANASAN SUHU SEDANG
·
Sifat sensori
·
Nilai gizi Tidak banyak berubah
7.5 JENIS PRODUK
Mempengaruhi
Suhu pasteurisasi, Lama pasteurisasi, Daya simpan
7.6 SUHU PROSES DAN DAYA SIMPAN
Tergantung
dari: Jenis produk, pH, Ketahanan mikroba, Ketahanan enzim, Kepekaan
produk
8.
sterilisasi
8.1 Definisi
Ø Proses mematikan mikroba
Ø Ada dua jenis
o
Sterilisasi total
o
Sterilisasi komersial
8.2 Jenis sterilisasi
8.2.1
Sterilisasi komersial
Ø Kondisi dimana sebagian besar
mikroba telah mati dan masih terdapat beberapa mikroba yang tetaphidup setelah
pemanasan
Ø Kondisi dalam kemasan (kaleng/
botol/ retort pouch) selama penyimpanan tidak memungkinkan mikroba tumbuh dan
berkembang biak
Ø Mikroba yang membahayakan: inaktif
Ø Sterilisasi komersial tidak
mematikan jumlah m.o., tetapi dengan kondisi:
Ø pH
Ø Vakum
Ø Pengemasan hermetis
Ø Mencegah pertumbuhan m.o. pembu-suk
dan patogen
·
Pemanasan pada sterilisasi komersial
1) Pemanasan harus cukup. Jika tidak
cukup m.o. yang ada menjadi aktif:
a. produk busuk
b. timbul racun
c. kaleng gembung
2) Dilakukan pada pengalengan dan
pembotolan
a. harus tepat dan aman
3) Pemanasan yang diperlukan tergantung
dari pH produk yang diukur pada coldest point
4) Acid foods: pH<4,5: 200 F
5) High acid foods, pH <3,5: suhu
lebih rendah dari acid foods
6) Low acid foods, pH>4,5: pemanasan
lebih lama
7) Contoh: daging atau ikan. Waktu
proses tergantung dari kecepatan transfer panas
8) Tujuan pemanasan: inaktivasi m.o.
sesuai dengan tujuan sterilisasi komersial
9) Proses dianggap aman jika C.
botulinum telah inaktif
10) Sterilisasi diikuti pengemasan
kondisi anaerob Spora m.o. anaerob mempunyai ketahanan panas
11) lebih rendah dari spora m.o. aerob
sehingga suhu dan proses sterilisasi lebih rendah
8.3 PERALATAN STERILISASI
Ø Sterilisasi komersial dilakukan
dalam alat yang disebut retort atau autoklaf atausterilizer
Ø Retort dirancang harus tahan tekanan
Uap
8.4 PENENTUAN WAKTU DAN SUHU STERSTERILISASI
Ø Waktu singkat, suhu tinggi: resiko
tinggi
Ø Harus mengerti peraturan/pedoman
proses sterilisasi
Ø Terutama untuk Low Acid Food
Ø LACF GMPs
Ø Pedoman untuk produk kaleng: bisa
diterapkan untuk botol, plastik, retort pouch, aluminium foil, dll
8.5 DALAM LACF GMPS ADA ISTILAH
Ø Scheduled process: suatu proses yang
telah dipilih oleh prosesor sebagai proses terbaik untuk produk tertentu
Ø Minimum thermal process: penggunaan
panas untuk bahan pangan tertentu pada suhu dan waktu yang telah ditentukan
8.6 PROSES STERILISASI
Ø Sterilisasi dalam kemasan
Ø Sterilisasi suhu ultra tinggi
(UHT,ultrahigh temperature)
8.7 STERILISASI DALAM KEMASAN
o
Sterilisasi produk pangan dalam
kemasan, seperti kaleng, gelas, atau retort pouch,
§ Tahapan:
- Pengisian
- Pengeluaran udara (exhausting),
- Penutupan
- Sterilisasi
- Pendinginan.
- Masalah utama pada sterilisasi produk
pangan yang berwujud padat atau kental adalah laju penetrasi panas yang
rendah sehingga waktu proses lama.
- Suhu yang lebih tinggi dengan waktu proses
yang lebih pendek dapat dilakukan jika produk pangan disterilisasi sebelum
dikemas dalam kemasan yang telah disterilisasi.
- Metode ini merupakan dasar proses UHT yang
juga disebut pengolahan aseptis (aseptic processing).
o
Metode ini telah diterapkan untuk
produk pangan berwujud cair susu, jus dan konsentrat buah, krim; dan produk
pangan yang mengandung partikulat diskret seperti makanan bayi, saus tomat,
sayuran dan buah-buahan
9.
Evaporation
and Distilation
9.1 Definisi evaporation
Evaporator
merupakan suatu alat yang memiliki fungsi untuk mengubah keseluruhan atau
sebagian suatu pelarut dari sebuah larutan berbentuk cair menjadi uap sehingga
hanya menyisakan larutan yang lebih padat atau kental, proses yang terjadi di
dalam evaporator disebut dengan evaporasi. Pada dunia industri, manfaat dari
alat ini ialah untuk pengentalan awal cairan sebelum diolah lebih lanjut,
pengurangan volume cairan dan untuk menurunkan aktivitas air. Evaporator memiliki
dua prinsip dasar yaitu untuk menukar panas dan untuk memisahkan uap air yang
terlarut dalam cairan. Pada umumnya evaporator terdiri dari tiga bagian yaitu:
·
Tempat penukar panas
·
Bagian evaporasi (tempat dimana liquid mendidih lalu menguap)
·
Bagian pemisah untuk memisahkan uap dari cairan
Hasil dari
evaporator berupa padatan atau larutan yang berkonsentrasi dan larutan yang
telah dievaporasi biasanya terdiri dari beberapa komponen volatil (mudah
menguap).
9.2 Prinsip kerja evaporation :
Cara
kerjanya ialah dengan menambahkan kalor atau panas yang bertujuan untuk
memekatkan suatu larutan yang terdiri dari zat pelarut yang memiliki titik
didih yang rendah dengan pelarut yang memiliki titik didih yang tinggi sehingga
pelarut yang memiliki titik didih yang rendah akan menguap dan hanya
menyisahkan larutan yang lebih pekat dan memiliki konsentrasi yang tinggi.
Proses evaporasi memiliki ketentuan, yaitu:
·
Pemekatan larutan didasarkan pada perbedaan titik didih antar zat-zatnya.
·
titik didih cairan dipengaruhi oleh tekanan.
·
dijalankan pada suhu yang lebih rendah dari titik didih normal.
·
titik didih cairan yang mengandung zat yang tidak menguap akn tergantung
tekanan dan kadar zat tersebut.
·
Beda titik didih larutan dengan titik didih cairan murni disebut kenaikan
titik didih (boiling range).
9.3 Kegunaan evaporation :
Dalam dunia industri baik industri yang
berskala besar maupun kecil, penggunaan evaporator tentunya sangat dibutuhkan
agar dapat menghasilkan produk sesuai dengan yang diinginkan, seperti industri
kimia dan industri makanan, contohnya proses pembuatan garam, bahan baku garam
dihasilkan dari air laut yang tentunya memiliki kandungan air, sehingga garam
akan dimasukkan ke dalam evapotor dan dievaporasikan agar mengubah air menjadi
uap dan dikeluarkan sehingga yang tersisa hanya larutan mineral-mineral yang
terdapat dalam evaporator. Khusus untuk industri migas, evaporator digunakan
untuk memekatkan larutan crude oil dengan menghilangkan kadar airnya sehingga
meringankan kinerja kolom Destilasi. Dalam skala komersial, proses evaporasi
membutuhkan peralatan pendukung seperti kondensor, perangkap uap, injeksi uap
dan evaporator itu sendiri.
Tipe-tipe evaporation berdasakan cara
pemanasan :
·
Direct Fired Evaporator, merupkan jenis evaporator dengan cara pengapian
langsung dimana apai dan pembakar gas dipisahkan dari cairan mendidih dengan
pembatas dinding besi atau permukaan untuk memanaskan.
·
Submerged Combution Evaporator, yaitu evaporator yang dipanaskan oleh api
yang menyala dibawah permukaan cairan, dimana gas yang panas bergelembung
melewati cairan.
·
Steam Heated Evaporator, adalah evaporator yang menggunakan pemanas steam
atau uap lain yang dapat dikondensasi, sumber panas dimana uap terkondensasai
pada suatu sisi di permukaan pemanas dan kemudian panas ditransmisi lewat
dinding ke cairan yang mendidih.
9.4 Jenis-jensi evaporation :
9.4.1
Forced Circulation Evaporator With External
Heater
·
Jenis evaporator ini merupakan
hasil rangkaian untuk keperluan tertentu, dimana heat exchanger, pompa dan unit
pemisah cairan-uap merupakan unit yang terpisah.
·
Untuk memperoleh jenis ini,
biasanya digunakan alat-alat yang kita rangkai sendiri. Jika diamati secara
sekilas (baik itu dari segi sistem kerjanya), tampak alat ini hampir mirip
dengan vertical tube evaporator with forced circulation, namun forced
circulation evaporator with external heater memiliki harga yang lebih murah
karena dirakit sendiri.
·
Alat ini memerlukan area/ruang
yang luas karena memiliki unit-unit yang terpisah.
9.4.2
Falling Film Evaporator
·
Cara kerja falling film
evaporator yakni cairan akan mengalir ke bawah kemudian membentuk film pada
sekeliling dinding dalam pipa.
·
Aliran yang terjadi disebabkan
oleh adanya gaya berat serta gesekan uap. Uap yang telah terbentuk akan turun
ke bawah, walaupun ΔT kecil tapi siklus aliran tetap berjalan baik karena
adanya gaya gravitasi.
·
Luas permanasan jauh lebih
besar dari volume cairan di dalamnya.
·
Besarnya luas pemanasan
tersebut memungkinkan terjadi proses pemanasan yang ideal dan perubahan bahan
belum terjadi secara signifika karena volumenya kecil.
·
Kapasitas alat ini umumnya
tidak telalu besar.
9.4.3
Climbing Film, Long Tube
Vertical Evaporator With External Heater
·
Prinsip kerja jenis evaporator
ini sebenarnya hampir mirip dengan Long Tube Vertical Evaporator.
·
Dibedakan dari alat pemanas dan
pemisah uap yang letaknya terpisah. Seperti halnya forced circulation
evaporator with external heater yang dapat dirakit sendiri, namun kurang kompak
karena unitnya terpisah-pisah.
·
Nama lain evaporator ini yakni
Rising Film Evaporator with external heater.
9.4.4
Agitated Film
Evaporator
·
Berbentuk tabung vertikal dan
ada juga yang berbentuk horizontal, dengan sistem pemanas berada di luar
tabung.
·
Sumbu tabung terdapat suatu
alat berbentuk batangan yang dapat diputar serta dilengkapi sirip-sirip.
·
Fungsi dari batangan tadi yaitu
untuk mengalirkan cairan, dimana saat batangan tersebut berputar maka cairan
akan bergerak ke bawah dan kemudian terlempar ke bagian tepi tabung yang panas.
·
Cairan yang telah panas akan
kembali terlempar ke bagian tengah tabung. Perlu diketahui bahwa pada bagian
atas tabung terdapat ruang pemisah antara uap dengan cairan. Proses perindahan
panas di dalam evaporator jenis ini berlangsung secara efisien, dan minim
terjadi penyumbatan akibat endapan.
·
Agiated film evaporator umumnya
ditujukan untuk larutan yang berviskositas tinggi (kental) atau dapat juga
untuk memproduksi padatan dengan cara menghilangkan kandungan airnya. Dari segi
harga, evaporator ini dapat dikatakan cukup mahal, karena membutuhkan biaya
pengoperasian yang tinggi serta konstruksinya tergolong sulit. Nama lain dari
agiated film evaporator yakni turbulent film evaporator atau wioed-film
evaporator (untuk bentuk horizontal).
9.4.5
Direct Contact Evaporator
·
Jenis evaporator ini akan terjadi
kontak langsung antara cairan dengan gas pemanas sehingga koefisien perpindahan
panas sangat besar.
·
Di dalam bagian tengah tabung
terdapat ruang yang berfumgsi sebagai ruang pembakaran (lihat gambar di atas).
·
Penggunaan evaporator ini
ditujukan untuk larutan kental, atau bahkan sluriy.
·
Kekurangannya terletak pada
pengematan energi, karena panas yang terbuang sudah tidak dapat lagi
dimanfaatkan
9.4.6
Stirred, Discontinuous Evaporator
·
Digunakan memadatkan larutan
atau dengan kata lain yakni untuk memperoleh produk bersifat padat.
·
Pemanasannya terdiri dari dua
jenis, yakni internal heating dan external heating.
·
pemanasan internal, pemanas
akan dialirkan melalui koil, sementara untuk pemanasan extenal, pemanas
akan melalui jaket pada shell.
9.5 Destilation
9.5.1
Definisi destilation :
Destilasi adalah teknik pemisahan yang
didasari atas perbedaan titik didih atau titik cair dari masing-masing zat
penyusun dari campuran homogen.Destilasi termasuk proses pemisahan campuran
berdasarkan perbedaan titik didih. Titik didih pada zat dalam campuran yang
lebih rendah akan lebih cepat terdestilasi.
9.5.2
Prinsip dasar destilasi :
rinsip dasar percobaan destilasi adalah
dengan menganut proses dimana terjadi pemanasan, penguapan dan pendinginan.
Dimana proses ini sangat penting pada saat proses destilasi.
Mekanisme destilasi :
Mekanisme destilator pada proses
destilasi adalah dimana proses pemanasan terjadi pada saat proses pembakaran
oleh bunsen, pada saat itulah terjadi proses dimana pemanasan. Sesudah terjadi
proses pemanasan selanjutnya proses penguapan, proses ini suatu larutan yang
murni akan tepisah dari larutan yang homogen sebelumnya. Tahap terakhir yaitu
proses dimana pendinginan, proses ini sangatlah penting karena akan
menghasilkan cairan murni dari proses penguapan itu sendiri. Sehingga didapat
hasil akhirnya yaitu cairan murni yang telah terpisahkan dari larutan homogen.
9.5.3
Komponen destilation :
Komponen-komponen destilator diantaranya
adalah Labu distilasi yang berfungsi sebagai wadah atau tempat suatu campuran
zat cair yang akan didestilasi. Steel head berfungsi sebagai penyalur uap atau
gas yang akan masuk ke pendingin, dan biasanya labu destilasinya sudah
dilengkapi dengan leher yang berfungsi sebagai steel head. Thermometer
berfungsi untuk mengukur suhu uap zat cair yang didistilasi selama proses
distilasi berlangsung dan thermometer yang digunakan harus beskala suhu tinggi
diatas titik didih zat cair yang akan didestilasi dan ditempatkan pada labu
destilasi atau steel head. Kondensor memiliki 2 celah, yaitu celah masuk untuk
aliran uap hasil reaksi dan celah keluar untuk air keran. Labu didih berfungsi
untuk sebagai wadah sampel. Aerator berfungsi untuk menyalurkan air kedalam
kondensor dan mengeluarkan air dari dalam kondensor. Batu didih berfungsi untuk
mengurangi atau meredam letupan-letupan maupun gelembung pada labu destilat
saat melakukan pemanasan dan juga berfungsi sebagai pengatur panas dalam labu
destilasi agar panasnya merata.
Jenis-jenis alat destilation :
Gambar 5.2 destilation
sederhana
Gambar 5.3 destilation
industri
PROCESSING
BY THE REMOVAL OF HEAT
10. Chilling (pendinginan)
10.1
Pengertian
Chilling atau pendinginan adalah salah
satu metode pengawetan bahan baku
Agroindustri. Pendinginan adalah proses pengambilan panas dari produk pangan
sehingga suhu produk menjadi -1 sampai 80 C. Prinsip pendinginan
adalah panas dari bahan diserap atau diambil dan digantikan oleh udara yang
memiliki tekanan yang lebih rendah dibandingkan tekanan di dalam sel, sehingga
panas yang ada dalam bahan berkurang dan lama-kelamaan akan berubah menjadi
dingin mengikuti suhu udara pendinginan yang digunakan.
10.2
Peralatan yang umum digunakan
10.2.1 Pendinginan Hembusan Udara Dingin
contoh alat pendinginan yang menggunakan
teknik ini adalah cabinetcooler dan alat pendingin dengan sirkulasi udara tetap
(fixed air cooler), chillingtunnel.
10.2.2 Ruang Pendingin
Ruang pendingin digunakan untuk menjaga
suhu bahan atau produk tetap rendah, tetapi tidak cocok jika digunakan untuk
pendinginan cepat
10.2.3 Pendinginan Kriogenik
Contoh : pencelupan pada nitrogen (N2) atau
CO2 cair
10.2.4 Pendinginan dengan Air
(Hydrocooling)
Pendinginan air dilakukan dengan cara
perendaman, penyemprotan, atau pencelupan pada air dingin. Proses pendinginan
dapat bersifat kontinyu dengan waktu berkisar 20 – 40 menit.
Dan pada bahan yang dilakukan proses chilling terjadi beberapa perubahan
diantaranya, Perubahan tekstur, penyusutan berat dan perubahan warna bahan.
Jenis bahan dan produk pangan yang melalui
proses chilling
Suhu
|
Jenis Bahan dan Produk Pangan
|
-1 sampai 1 oC
|
Ikan segar, daging, sosis, daging giling,
dan daging asap
|
0 sampai 5 oC
|
Daging kaleng pasteurisasi, susu, krim,
yoghurt, salad siap saji, pasta, pizza, produk roti-rotian, adonan siap masak
|
0 sampai 8 oC
|
Mentega, margarin, keju
|
11. Modifiedatmospherestorageandpackaging
11.1
Pengertian
Modifiedatmospherepackaging atau Pengemasan
atmosfir termodifikasi (MAP) adalah pengemasan produk dengan menggunakan bahan
kemasan yang dapat menahan keluar masuknya gas sehingga konsentrasi gas di
dalam kemasan berubah dan ini menyebabkan laju respirasi produk menurun,
mengurangi pertumbuhan mikrobia, mengurangi kerusakan oleh enzim serta
memperpanjang umur simpan. MAP banyak digunakan dalam teknologi olah minimal
buah-buahan dan sayuran segar serta bahan-bahan pangan yang siap santap (ready-toeat).
MAP dapat digunakan dalam kontainer pengapalan dan dalam unit-unit kemasan
konsumen. Modifikasi atmosfer secara
aktif ditimbulkan dengan membuat sedikit vakum dalam kemasan tertutup (seperti
kantong polietilen yang tidak berventilasi),dan kemudian memasukkan campuran
komposisi atmosfer yang diinginkan yang sudah jadi dari luar.
11.1.1 Jenis plastik yang
digunakan dalam metode pengemas
Modified Atmosfer Packaging (MAP) adalah
plastik jenis LDPE (Low DesityPolyethilene), HDPE (High Densitylyethilene), PVC
(Polyvinylcholride) dan PP (Polypropylene).
12. Freezing
12.1
pengertian
Freezing atau pembekuan adalah suhu produk
diturunkan sampai di bawah 0 oC seperti -7 oC bahkan sampai -400 C.
Pembekuan menyebabkan terjadinya :
·
Perubahan tekstur
·
Pecahnya emulsi lemak
·
Perubahan fisik dan kimia dari
bahan
12.2
Alat yang digunakan
·
pada proses pembekuan adalah
lemari pembeku. Ada 3 type lemari es
Ø Tipe Air Blast : udara dingin
dialirkan melalui produk
Ø Tipe kontak atau plat : produk kontak langsung dengan permukaan alat
Ø Tipe Immersion atau Tipe Spray : produk dicelupkan ke dalam cairan refrigeran
atau disemprotkan dengan cairan refrigerant. Sayuran biasanya dibekukan dengan
teknik air blastfreezing atau immersionfreezing.
·
Jenis cairan refrigerant yang
umum digunakan untuk lemari pembeku adalah :
Ø CFC (penggunaannya telah dilarang sejak tahun 2000)
Ø Amonia
Ø HFC (Hydrofluorocarbon)
12.3
Kelompok bahan bahan pangan
Ø Buah-buahan (strawberry, jeruk, raspberry, blackcurrants) baik
bentuk segar atau olahan seperti puree dan konsentrat.
Ø Sayuran (peas, greenbeans, jagung manis,bayam dan kentang)
Ø Fillet ikan dan seafoods (cod, udang danrajungan) termasuk
fishfinger, fishcakes termasuk dishes yang dilengkapi saus.
Ø Daging (sapi, domba dan unggas) : karkas,potongan kecil dan produk
daging (sosis,burger, steaks)
Ø Produk bakery (roti, cakes, pie buah dan daging).
Ø Preparedfoods (pizzas, desserts, icecream,, completemeals dan
cook-freezedishes).
13. Freezedryingandfreezeconcentration
13.1
Pengertian
Pengeringan beku (freezedrying) adalah salah satu metode pengeringan
yang mempunyai keunggulan dalam mempertahankan mutu hasil pengeringan,
khususnya untuk produk-produk yang sensitif terhadap panas. Keunggulan pengeringan
beku, dibandingkan metoda lainnya, antara lain adalah :
a.
dapat mempertahankan stabilitas
produk (menghindari perubahan aroma, warna, dan unsur organoleptik lain)
b.
dapat mempertahankan stabilitas
struktur bahan (pengkerutan dan perubahan bentuk setelah pengeringan sangat
kecil)
c.
dapat meningkatkan daya
rehidrasi (hasil pengeringan sangat berongga dan lyophile sehingga daya
rehidrasi sangat tinggi dan dapat kembali ke sifat fisiologis, organoleptik dan
bentuk fisik yang hampir sama dengan sebelum pengeringan).
Saat ini berbagai jenis produk, seperti buah, sayuran, daging, telur,
bumbu, serta berbagai jenis sup instan siap saji banyak dihasilkan dari teknik
pengeringan-beku ini. Pada prinsipnya, berbagai bahan pangan yang cocok dan
relatif mudah untuk proses pengeringan-beku adalah produk pangan larutan, lapis
tipis daging, dan irisan buah/sayuran, atau buah/sayuran utuh yang berukuran
kecil. Hampir semua jenis buah dan sayuran bisa dikering-bekukan; termasuk
kacang- kacangan, jagung, tomat, berries, nanas dan lain-lain.
Mekanisme pengeringan beku dimulai dengan proses pembekuan pangan dan
dilanjutkan dengan pengeringan (mengeluarkan atau memisahkan hampir sebagian
besar air dalam bahan yang terjadi melalui mekanisme sublimasi). Mekanisme sublimasi
dengan menjaga bahan pangan dalam ruangan vakum (tekanan ruangan sublimasi
sekitar 0,036 psi atau selintas 0,0025 bar) dan suhu kemudian dinaikkan secara
terkontrol sampai mencapai sekitar 1000F sehingga terjadi proses
sublimasi. Langkah terakhir adalah pengemasan dengan menggunakan kemasan vakum.